Karya Tulis - Kumpulan Puisi Chairil Anwar Terindah

Puisi Chairil Anwar - merupakan karya tulisnya sendiri yang sengaja membuatnya dengan penuh hati menyampaikan tentang kehidupan yang ia lalulai atau sudah dirasaannya. untuk merenungkan betapa sulitnya melewati kepetus asaan yang terus menghamiri dirinya dan agar kita selalu senantiasa ikhlas menjalani kehidupan, sampai-sampai di juliki sebagai "Si binatang jalanan".

Banyak sekali karangan yang dimuat oleh beliu lahir di medan 26 juli 1922 ini. salah satu penyair terkenal di indonesia yang memiliki watak tokoh jiwa yang tegar dan penuh rasa nasionalisme dalam karya puisinya. baiklah, saya tidak akan berlama-lama menyampaikan puisi yang anda maksud. dibawah sini adalah karangan karya tulis beliau sudah dikenal banyak kalangan :

Karya Tulis - Kumpulan Puisi Chairil Anwar Terindah

DERAI-DERAI CEMARA

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah

KABAR DARI LAUT

Aku memang benar tolol ketika itu,
Mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu,
Berujuk kembali dengan tujuan biru.

Di tubuhku ada luka sekarang,
Bertambah lebar juga, mengeluar darah,
Di bekas dulu kau cium nafsu dan garang;
Lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.

Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.
Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.

Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji.
Atau di antara mereka juga terdampar,
Burung mati pagi hari di sisi sangkar?

KAWANKU DAN AKU

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat

Siapa berkata-kata…?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti.

MERDEKA

Aku mau bebas dari segala
Merdeka
Juga dari Ida

Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah-kumamah

Sedang meradang
Segala kurenggut
Ikut bayang

Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang

Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati.

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang diatas apimu, digarami lautmu

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh